Advertorial Pemkab Rohil
Waterleiding Bagansiapiapi Peninggalan Bangunan Belanda di Revitalisasi Pemkab Rohil Jadi Destinasi Wisata Sejarah. (Photo/net).
Mediapesisirnews.com | Bagansiapiapi merupakan ibukota Kabupaten Rokan Hilir Provinsi Riau, kota sejarah yang terletak di muara sungai rokan berdekatan dengan selat malaka menjadikan Bagansiapiapi sebagai pusat ibukota dengan pertumbuhan ekonomi yang melaju pada perubahan struktural yang signifikan di masanya.
Menurut beberapa sumber, Bagansiapiapi dulunya juga dikenal sebagai kota penghasil ikan terbesar kedua di dunia setelah kota Bergen di Norwegia pada tahun 1928 (surat kabar De Indische Mercuur), hingga Bagansiapiapi melekat dengan sebutan sebagai Kota Ikan.
Meski saat ini sebutan Bagansiapiapi sebagai kota ikan jarang di pakai dan hanya tinggal kutipan sejarah, namun beberapa indikator masih dapat dilihat berupa bangunan monumen ikan yang terletak di bundaran ikan Kawasan Batu Enam Bagansiapiapi yang dibangun oleh Pemerintah Daerah pada masanya sebagai bukti sejarah dan ciri khas karakteristik melambangkan nila pertumbuhan ekonomi wilayah didaerah tersebut.
Photo: Tugu Ikan di Batu Enam, Bagansiapiapi. (Net)
Bagansiapiapi juga dikenal sebagai kota sejarah, kota yang banyak meninggalkan warisan sejarah yang hingga saat ini masih dapat dilihat secara langsung oleh masyarakat, salah satunya bangunan Waterleiding peninggalan zaman Belanda yang terletak dijalan Siak, Kelurahan Bagan Timur, Kecamatan Bangko, Ibukota Kabupaten Rokan Hilir. saat ini telah di poles pemerintah daerah melalui Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Rokan Hilir untuk dijadikan sebagai salah satu objek wisata sejarah yang memiliki nilai historis.
Waterleiding Peninggalan Bangunan Kolonial Belanda di Bagansiapiapi itu di bangun sekira pada tahun 1924, memiliki luas wilayah kawasan seluas 5.590 M² saat ini telah di revitalisasi oleh pemerintah setempat sebagai objek wisata sejarah baru yang mampu memukau mata banyak pengunjung dari berbagai daerah.
Saat artikel ini ditulis, sejumlah bangunan di areal Waterleiding peninggalan zaman kolonial Belanda itu masih dapat dillihat secara utuh seperti bangunan rumah tinggi tiga tingkat, bangunan penampungan air dua unit, menara air atau dikenal oleh masyarakat setempat bangunan menara Waterleiding jalan siak dan sejumlah tong penampungan atau penyaringan air serta kolam air yang masih dapat dinikmati secara kasat mata.
Sepenggal sejarah bangunan Waterleiding tersebut ikut menjadi catatan nostalgia bagi Karnadi warga setempat yang saat ini bertugas menjaga dan merawat bangunan yang telah di revitalisasi oleh Pemerintah Rokan Hilir untuk destinasi wisata sejarah di Ibukota.
Pria kelahiran tahun 1967 itu mengatakan dikala masa kecil bersama teman sebayanya masih memanfaatkan tempat itu sebagai wahana permainan bagi anak anak yang tinggal disekitar lokasi Waterleiding.
Dari penuturan orang tua tua dahulu, dia ikut menyampaikan sepenggal sejarah Waterleiding Peninggalan zaman kolonial Belanda itu dulunya sempat dijadikan sebagai pengolahan air bersih pada masanya, namun seiring perkembangan waktu tempat ini seakan terlupakan hingga menjadi bangunan tua yang memiliki nilai sejarah yang belum terawat dengan baik.
"Alhamdulillah, sejak dikelola oleh Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Rohil, saat ini areal Waterleiding peninggalan zaman Belanda ini kembali berseri dan terlihat cantik," Ujar Karnadi.
Bahkan menurutnya lagi, sejak di revitalisasi oleh pemerintah daerah melalui DLH Rohil, Waterleiding saat ini telah banyak didatangi oleh berbagai masyarakat, mulai dari warga tempatan hingga dari luar daerah.
Pemerintah Kabupaten Rokan Hilir (Rohil) dibawah kepemimpinan Bupati Afrizal Sintong melalui Dinas Lingkungan Hidup (DLH) kini tengah melakukan revitalisasi ditempat itu sebagai objek wisata sejarah dengan melakukan penataan serta perbaikan infrastruktur berupa pengecatan dan pembersihan, pemasangan lampu dan lainnya di areal Waterleiding tersebut. (adv)