Foto: Saur Marlina Manurung (Butet Manurung). Dok.Sekola Rimba
PEKANBARU, Saur Marlina Manurung wanita berdarah Batak ini lebih dikenal sebagai Butet Manurung, ia adalah seorang aktivis sosial dan antropolog Indonesia. Butet merupakan perintis sekaligus pelaku pendidikan alternatif bagi masyarakat adat di Indonesia.
Butet Manurung, ia merupakan orang cikal bakal berdirinya Sokola Rimba. Sokola Rimba yang berdiri sejak 2003 itu, merupakan gagasan dan konsep pendidikan yang tersemat di benaknya untuk memajukan pendidikan bagi masyarakat adat atau suku terpencil di pedalaman yang pertama kali di Indonesia.
Ketika itu Butet Manurung memulai program pengembangan pendidikan bagi Orang Rimba yang tinggal di Hutan Bukit Duabelas, Jambi. Saat itu ia bergabung di sebuah proyek konservasi yang dikelola oleh LSM Warsi sejak Tahun 1999.
Dalam kesehariannya, Sejak kecil, Butet Manurung sudah menyukai alam bebas dan terbuka. Ia mengidolakan tokoh dan aktor Film Dr. Henry Walton Jones, Jr yang dikenal dengan sebutan Indiana Jones, tokoh utama pada film yang menceritakan tentang Arkeolog pemberani.
Hingga pada tahun 1999 ia langsung terjun ke hutan. Untuk memperjuangkan pendidikan bagi orang Adat di pelosok rimba. Meskipun kehadirannya sulit di terima bagi komunitas adat di hutan, sosok wanita berdarah Batak yang lahir di Jakarta pada 21 Februari 1972 ini dikenal pemberani dan tangguh dan bisa beradaptasi dengan lingkungannya.
Setelah melakukan pendekatan lebih dari tujuh bulan, Orang Rimba akhirnya mau menerimanya dan akrab dengan kehadirannya. Bahkan, mengalami banyak penolakan dalam usahanya dengan penuh resiko dikeluarkan dari komunitas orang rimba, Namun dia tetap bertahan.
Berangkat dari keinginan kuatnya dalam Pengalaman ini, justru mendorong dirinya dengan beberapa rekannya di sana untuk mendirikan Sokola Institute pada tahun 2003.
Butet mengembangkan kurikulum pendidikan yang kontekstual. Tekad butet demi mengajar anak-anak Orang Rimba agar bisa membaca dan menulis, hal itu pun dibuktikannya dengan semakin kuat seiring kemajuan belajar kepada murid-muridnya.
Hingga saat ini, Sokola Rimba yang kemudian berubah nama menjadi Sokola Institute sudah merintis hingga 17 program di seluruh Indonesia dan memberikan manfaat kepada lebih dari 15.000 masyarakat adat untuk bisa memperloleh pendidikan formal.
Prestasi akademik Butet Manurung sudah muncul ketika ia berhasil lulus pada dua program studi sekaligus yaitu, Antropologi dan Sastra Indonesia di Universitas Padjadjaran (Unpad).
Butet Manurung juga pernah menempuh jalur pendidikan Pembangunan Partisipatif di Australian National University (ANU), Canberra dan pernah mengikuti kursus Global Leadership and Public Policy di Harvard Kennedy School, Universitas Harvard, USA pada tahun 2012 silam.
Segudang Penghargaan yang di peroleh nya tak menyurutkan niatnya untuk tetap berada ditengah hutan bersama anak-anak Adat Rimba.
Penghargaan yang pernah ia terima diantaranya, “Nobel Asia” Ramon Magsaysay Award 2014, Penghargaan Kebudayaan dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Tahun 2015, Ernst and Young Indonesia Social Entrepreneur of the Year Tahun 2012, Young Global Leader Tahun 2009, Ashoka Fellow Tahun 2006, Time Magazine’s Hero of Asia Tahun 2004, Unesco’s Man and Biosphere Award pada tahun 2001.
Perjalanannya dalam mewujudkan Sekola Rimba juga diangkat dalam Buku dan kisahnya juga diadaptasi dalam film layar lebar berjudul "Sokola Rimba" oleh produser Mira Lesmana dan sutradara Riri Riza pada tahun 2013 lalu, serta berhasil mendapatkan penghargaan dari perfiliman internasional.
JM/MPN***